Oleh: Dr. Muhammad Thalib.
Asumsi atau perkiraan dalam pengertian ilmiah adalah analisah saat sekarang untuk hasil masa depan yang dianggap benar. Di dalam asumsi ini terdapat dua unsur penting yang membedakannya dari perkiraan secara umum. Pertama, didasarkan pada analisa data yang dianggap valid saat ini. Kedua, proyeksi masa depan yang diyakini kebenarannya akan berjalan sesuai dengan perhitungan-perhitungan yang didasarkan pada data analisa yang dinilai bersifat ilmiah.
Dalam asumsi ini seringkali orang mengabaikan faktor-faktor tak terduga yang luput dari analisa dan pengamatan Si pembuat asumsi. Bahkan nyaris mengesampingkan faktor X atau hal-hal tak terduga dari perhitungan ilmiah. Bahkan dengan sangat berani menempatkan analisa dan pemikirannya yang diproyeksikan ke masa depan sebagai suatu kebenaran yang tidak mudah digugurkan begitu saja. Di sinilah letak dan kunci mengapa asumsi ini kita namakan sebagai aqidah modern tentang masa depan, karena asumsi telah dijadikan sebagai petunjuk jalan hidup dalam pengambilan kebijakan atau bagi pelaksanaan program melakukan tindakan tertentu yang harus diyakini kebenarannya dan tidak boleh diubah tanpa adanya data yang lebih akurat.
Dengan sifat asumsi seperti ini, seringkali para pelaksana program lebih bersifat dogmatis dan menganggap setiap orang yang kontras terhadap asumsinya dipandang sebagai musuh kebenaran. aKraena itu tudak jarang para pelaksana program yang telah menyusun proyeksi dari asumsi yang telah telah ditetapkan memandang usaha para penentangnya, bahkan dihukum mati.
Asumsi dibidang kedokteran atau pertanian tidak terlihat sikap agresifnya terhadap pihak yang berbeda pendapat dengannya. Akan tetapi asumsi yang telah diambil oleh suatu negara dalam menentukan kebijakan ekonomi, seringkali bersikap ekstrim dalam amenghadapi lawan-lawan pemikirannya. Negara yang telah mengambil asumsi tertentu tentang pembangunan ekonomi, akan melakukan indoktrinasi secara sistematis dan terus-menerus kepada rakyatnya dengan alasan pembenaran demi kesejahteraan sosial dan kemakmuran setiap warga negaranya. Rakyat dipaksa mengimani setiap butir-butir dari ketentuan pemerintah maupun lembaga pelaksana pembangunan agar apa yang sudah menjadi aqidah pembangunan ekonomi negara dapat berjalan dengan baik tanpa rintangan dari rakyatnya.
Baik pada negara maju maupun negara berkembang, demi asumsi pertumbuhan masa depan ekonominya dan program jangka panjang kepentingan kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan ekonomi rakyatnya, seringkali melindas agama yang dianut rakyatnya. Apalagi bila mayoritas rakyat itu beragama Islam, maka seringkali dirasakan penentangan kepentingan rencana pembangunan ekonomi dengan ketentuan berkembangbiaknya lembaga-lembaga perbankan dengan sistem riba untuk mendukung tingkat kemajuan ekonomi, dengan begitu saja mengesampingkan aqidah dan keyakinan umat Islam tentang haramnya riba. Di sini umat Islam dipaksa meyakini bahwa larangan riba dalam Islam bertentangan dengan tuntutan perkembangan ekonomi masa depan dari negara yang bersangkutan.
Lebih jauh upaya pemaksasan yang didorang oleh asumsi pembangunan ekonomi modern antara lain pengembangan sektor pariwisata denga segala fasilitas kemungkaran dan kemaksiatan. Untuk kepentingan memajukan pariwisata, keyakinan dan moral umat Islam dikesampiakn begitu saja. Bahkan dalam pertimbangan kebijaksanaan pariwisata, secara terang-terangan memproklamasikan dirinya penentang syari'at dan aqidah kaum muslimin. Bersambung...
Dalam asumsi ini seringkali orang mengabaikan faktor-faktor tak terduga yang luput dari analisa dan pengamatan Si pembuat asumsi. Bahkan nyaris mengesampingkan faktor X atau hal-hal tak terduga dari perhitungan ilmiah. Bahkan dengan sangat berani menempatkan analisa dan pemikirannya yang diproyeksikan ke masa depan sebagai suatu kebenaran yang tidak mudah digugurkan begitu saja. Di sinilah letak dan kunci mengapa asumsi ini kita namakan sebagai aqidah modern tentang masa depan, karena asumsi telah dijadikan sebagai petunjuk jalan hidup dalam pengambilan kebijakan atau bagi pelaksanaan program melakukan tindakan tertentu yang harus diyakini kebenarannya dan tidak boleh diubah tanpa adanya data yang lebih akurat.
Dengan sifat asumsi seperti ini, seringkali para pelaksana program lebih bersifat dogmatis dan menganggap setiap orang yang kontras terhadap asumsinya dipandang sebagai musuh kebenaran. aKraena itu tudak jarang para pelaksana program yang telah menyusun proyeksi dari asumsi yang telah telah ditetapkan memandang usaha para penentangnya, bahkan dihukum mati.
Asumsi dibidang kedokteran atau pertanian tidak terlihat sikap agresifnya terhadap pihak yang berbeda pendapat dengannya. Akan tetapi asumsi yang telah diambil oleh suatu negara dalam menentukan kebijakan ekonomi, seringkali bersikap ekstrim dalam amenghadapi lawan-lawan pemikirannya. Negara yang telah mengambil asumsi tertentu tentang pembangunan ekonomi, akan melakukan indoktrinasi secara sistematis dan terus-menerus kepada rakyatnya dengan alasan pembenaran demi kesejahteraan sosial dan kemakmuran setiap warga negaranya. Rakyat dipaksa mengimani setiap butir-butir dari ketentuan pemerintah maupun lembaga pelaksana pembangunan agar apa yang sudah menjadi aqidah pembangunan ekonomi negara dapat berjalan dengan baik tanpa rintangan dari rakyatnya.
Baik pada negara maju maupun negara berkembang, demi asumsi pertumbuhan masa depan ekonominya dan program jangka panjang kepentingan kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan ekonomi rakyatnya, seringkali melindas agama yang dianut rakyatnya. Apalagi bila mayoritas rakyat itu beragama Islam, maka seringkali dirasakan penentangan kepentingan rencana pembangunan ekonomi dengan ketentuan berkembangbiaknya lembaga-lembaga perbankan dengan sistem riba untuk mendukung tingkat kemajuan ekonomi, dengan begitu saja mengesampingkan aqidah dan keyakinan umat Islam tentang haramnya riba. Di sini umat Islam dipaksa meyakini bahwa larangan riba dalam Islam bertentangan dengan tuntutan perkembangan ekonomi masa depan dari negara yang bersangkutan.
Lebih jauh upaya pemaksasan yang didorang oleh asumsi pembangunan ekonomi modern antara lain pengembangan sektor pariwisata denga segala fasilitas kemungkaran dan kemaksiatan. Untuk kepentingan memajukan pariwisata, keyakinan dan moral umat Islam dikesampiakn begitu saja. Bahkan dalam pertimbangan kebijaksanaan pariwisata, secara terang-terangan memproklamasikan dirinya penentang syari'at dan aqidah kaum muslimin. Bersambung...